Pengertian Hadits: Struktur, Klasifikasi dan Hadits Qudsi!

Pengertian Hadits: Struktur, Klasifikasi dan Hadits Qudsi! – Hadits adalah salah satu panduan yang digunakan oleh umat islam didalam melaksanakan berbagai macam aktivitas, baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun aktivitas yang berkaitan dengan urusan akhirat. Hadits adalah sumber hukum agama Islam yang kedua setelah kitab suci Al – Qur’an. Jika suatu perkara tidak dijelaskan di dalam Al – Qur’an, maka umat Islam akan menggunakan sumber yang kedua yaitu Hadits.


Definisi dan Pengertian Hadits

Pengertian Hadits: Struktur Hadits, Klasifikasi dan Hadits Qudsi

Pada dasarnya istilah hadits berasal dari bahasa arab yaitu dari kata Al-hadits yang artinya adalah perkataan, percakapan atau pun berbicara. Apaila bdiartikan dari kata dasarnya, maka pengertian hadits adalah setiap tulisan yang berasal dari perkataan atau pun percakapan Rasulullah Muhammad SAW. Dalam terminologi agama Islam sendiri, dijelaskan bahwa hadits adalah setiap tulisan yang melaporkan atau pun mencatat seluruh perkataan, perbuatan dan tingkah laku Nabi Muhammad SAW. Seperti yang telah dijelaskan diatas, hadits adalah salah satu panduan yang digunakan oleh umat islam didalam melaksanakan aktivitas atau pun mengambil tindakan.


Pengertian Hadits Menurut Etimologi

Secara harfiah, hadits berarti perkataan atau percakapan. Sedangkan menurut terminologi dalam agama Islam, hadits adalah ketetapan dan hukum dalam agama Islam yang berasal dari perkataan, perbuatan, berikut ketetapan dan juga persetujuan dari Rasulullah SAW. Hadits juga termasuk salah satu sumber hukum dalam islam selain al-qur’an, ijma dan juga qiyas.


Struktur Hadits

Dalam struktur hadits terdiri dari dua komponen utama, yaitu sanad / isnad (rantai penutur) dan kehormatan (editorial). Contoh: Informasi Musaddad mengatakan seperti dilansir Syu’bah Yahya, dari Qatada dari Anas dari Nabi bahwa ia berkata: “iman yang sempurna ada seseorang di kalian bahwa ia mencintai untuk saudaranya seperti apa ia mencintai untuk dirinya sendiri”-Hadits riwayat bukhari.


  1. Sanad

Sanad adalah rantai speaker / narator (perawi) hadits. Rawi adalah orang memberikan hadits (dalam contoh di atas: Bukhari, Musaddad, Yahya, Syu’bah, Qatada dan Anas). Sanad hadits awal adalah orang yang merekamnya dalam bukunya (kitab hadits); Orang ini disebut mudawwin atau mukharrij. Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur / perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya; Lapisan dalam disebut thabaqah sanad. Signifikansi sanad dan jumlah penutur di setiap sanad thabaqah akan menentukan tingkat Hadis, ini dijelaskan lebih lanjut dalam klasifikasi hadits.

Hal yang perlu diamati untuk memahami tradisi yang terkait dengan sanadnya yaitu:

  • Keutuhan sanadnya
  • Jumlahnya
  • Perawi akhirnya

  1. Matan

Terkait dengan hormat atau editor, maka yang perlu dipertimbangkan dalam memahami hadits yaitu:

  • Akhir dari rantai penularan sebagai editor sumber, apakah penyebab Nabi Muhammad,
  • Matan hadits itu sendiri lebih kuat dalam hubungannya dengan lainnya, jika ada untuk melemahkan atau memperkuat dan kemudian dengan sebuah ayat dalam Al-Qur’an jika ada yang bertentangan.

Klasifikasi Hadits

Klasifikasi hadits dapat ddibagi menurut beberapa kriteria yaitu, akhir dari rantai penularan, integritas rantai penularan, jumlah penutur atau rawi serta tingkat keaslian hadits, apakah hadits itu diterima atau tidak bersangkutan.


  1. Berdasarkan Ujung Sanad

Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi menjadi tiga  golongan yaitu marfu’ (terangkat), mauquf (terhenti) dan maqthu’:

  • Hadits marfu’ adalah hadits yang sanadnya dipimpin langsung kepada Nabi Muhammad (contoh: hadits di atas)
  • Hadits Mauquf adalah hadits yang sahabat nabi yang sanadnya terhenti tanpa tanda-tanda, baik kata-kata atau perbuatan yang menunjukkan tingkat marfu ‘. Contohnya al-bukhari dalam kitab al-fara’id (warisan hukum) yang mengatakan bahwa abu bakar, ibnu abbas dan ibnu al-zubair: “Kakek adalah (diperlakukan seperti) ayah”. Pernyataan dalam contoh tidak jelas, apakah berasal dari sahabat Nabi atau hanya pendapat saja. Akan tetapi jika teman-teman menggunakan frase seperti “Kami diperintahkan ..”, “Kami tidak diperbolehkan untuk …”, “Kami terbiasa … jika itu dengan Nabi,” Hadis tingkat tidak lagi setara untuk mauquf tapi marfu ‘.
  • Hadis Maqthu’ adalah hadits yang sanadnya mengakibatkan tabi’in (pengganti) atau sebawahnya. Contohnya adalah: Imam Muslim meriwayatkan dalam pembukaan validitas bahwa Ibnu Sirin mengatakan: “Pengetahuan ini (hadits) adalah agama, jadi hati-hati di mana Anda mengambil agamamu”.

Keaslian dari hadits terbagi dalam beberapa kelompok, tergantung pada faktor keadaan rantai sanad atau speaker. Akan tetapi klasifikasi ini masih sangat penting untuk diingat, klasifikasi ini bergunauntuk membedakan kata-kata dan tindakan teman-teman perkataan Nabi Muhammad dan tabi’in mana sangat membantu dalam bidang konstruksi di fiqh (Suhaib Hasan, Hadis Ilmu).


  1. Berdasarkan Keutuhan Rantai atau Lapisan Sanad

Klasifikasi ini didasarkan pada hadits ini dibagi menjadi beberapa kategori yaitu Musnad, Mursal, munqathi ‘, Mu’allaqa, Mu’dlal dan Mudallas. Keutuhan berarti rantai sanad adalah setiap speaker di semua tingkatan adalah mungkin dalam waktu dan kondisi untuk mendengar dari speaker di atasnya.

Ilustrasi Sanad

  • Pencatat hadits.
  • Penutur 5.
  • Penutur 4.
  • Penutur 3 (tabi’ut tabi’in).
  • Penutur 2 (tabi’in).
  • Penutur 1 (para shahabi)-Rasulullah.

Hadits Musnad, Sebuah hadis yang relatif Musnad jika urutan hadits dimiliki sanad tidak terganggu di bagian-bagian tertentu. Urutan speaker memungkinkan pengiriman hadits berdasarkan waktu dan kondisi, perawi yang diyakini telah bertemu dan menyampaikan hadits. Hadits ini juga disebut muttashilus sanad atau maushul.

  • Hadits Mursal, ketika speaker 1 tidak ditemukan atau dengan kata lain tabi’in langsung atribut kepada Nabi Muhammad (contoh: tabi’in (speaker 2) mengatakan “Rasulullah berkata …” teman tidak jelas yang mengatakan kepadanya).
  • Hadits Munqathi’, pada saat sanad pecah disalah satu pembicara atau dua speaker yang tidak berturut-turut, selain Shahabi.
  • Hadits Mu’dlal, pada saat sanad terputus berturut-turut pada dua generasi.
  • Hadits Mu’allaq, pada saat sanad terputus speaker speaker 5-1, alias tidak ada sanadnya. Contoh: “Sebuah hadits mengatakan registrar, telah mencapai bahwa Nabi berkata ….” tidak ada rantai yang jelas tentang penghubung antara Rosulullah.
  • Hadits Mudallas, ketika salah satu rawimengatakan “..si A mengatakan ..” atau “Ini hadits A ..” tanpa kejelasan “..kepada saya ..”; yang tidak secara tegas menunjukkan bahwa tradisi itu disampaikan kepadanya secara langsung. Ini dapat menjadi diantara mereka dengan rawi tidak ada narator lain yang tidak diketahui atau yang tidak disebutkan dalam sanad tersebut. Hadits ini juga disebut cacat tersembunyi, dikarenakan hadits yang diriwayatkan melalui rantai penularan yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacat, padahal sebenarnya ada atau kelemahan sanadnya hadits ditutup-tutupi.

  1. Berdasarkan Jumlah Penutur

Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur di setiap rantai tingkat transmisi, atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadits. Berdasarkan jumlah penutur dibagi atas hadits mutawatir dan munday.

  • Hadits mutawatir merupakan hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa rantai, tidak ada kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta sepanjang waktu. Jadi mutawatir hadits memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur di setiap lapisan generasi (thaqabah) skor.
  • Para ulama berbeda pada hadits mutawatir jumlah minimum sanad (set parsial 20 dan 40 orang di setiap lapisan sanad). Hadits mutawatir itu sendiri bisa dibedakan antara dua jenis yaitu mutawatir lafzhy (lafaz editorial yang sama dalam semua sejarah) dan ma’nawy (editorial ada perbedaan, tapi arti yang sama di setiap sejarah)
  • Hadis Ahad, adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkat mutawatir.
  • Hadis Munday dibagi menjadi tiga jenis, antara lain: gharib, aziz, masyhur.

  1. Berdasarkan Tingkat Keaslian Hadits

Tingkat kategori keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan kesimpulan pada derajat penerimaan atau penolakan dari hadits. Dalam hadits pada klasifikasi ini terbagi menjadi empat tingkat yaitu:

  • Hadis Sahih, yang adalah level tertinggi penerimaan pada sebuah hadits.
  • Hadis Hasan , ketika sanadnya hadits terusakan tetapi terdapat sedikit kelemahan dalam narator (rawi) itu; misalnya memori yang berhubungan dengan narator adil tetapi tidak sempurna. Tapi tidak matannya syadz atau cacat.
  • Hadis diragukan (lemah) hadits tidak sanadnya diikuti (menjadi mauquf hadits, maqthu ‘, mursal, Mu’allaqa, mudallas, munqathi’ atau mu’dlal), atau diriwayatkan oleh orang-orang yang tidak adil atau memori yang kuat, atau mengandung penyimpangan atau cacat .
  • Hadis Maudlu ‘, jika hadis diduga palsu atau buatan karena dalam sanadnya menemukan speaker rantai dikenal sebagai pembohong.

Hadits Qudsi

Hadis qudsi adalah hadits nabi muhammad yang didapat secara langsung dari firman allah. Makna hadits ini adalah dari allah, akan tetapi berbeda dengan alqur’an, kata-katanya adalah kata-kata nabi. Hadis qudsi ini sebagian diserahkan kepada kaum muslimin dari Rasul tertentu. Oleh karena itu, validitas hadits qudsi yang mirip dengan yang lain dan diukur dengan cara yang sama terlalu di atas.

Demikian sedikit pembahasan mengenai Pengertian Hadits: Struktur, Klasifikasi dan Hadits Qudsi! semoga dengan adanya pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk kita semua, dan kami ucapkan Terima Kasih telah menyimak ulasan kami. Jika kalian merasa ulasan kami bermanfaat mohon untuk dishare :).

Baca juga artikel lainnya tentang: