Pengertian Mukjizat: Tujuan, Fungsi dan Macam!

Pengertian Mukjizat: Tujuan, Fungsi dan Macam! – Kata mukjizat dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Pengertian ini, mesti memiliki beberapa persamaan, tapi ia tidak sama persis dengan pengertian kata tersebut dalam istilah agama islam. Kata mukjizat adalah bentuk isim fa’il dari kata a’jaza, yang berarti melemahkan atau menghilangkan kemampuan seseorang untuk mendatangkan sesuatu, baik berupa pekerjaan dan pendangan atau pemahaman.

Mukjizat secara istilah didefinisikan oleh para sesepuh agama islam, sebagai hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu memenuhi tantangan itu. Dari pengertian di atas, maka kita dapat ambil kesimpulan bahwa suatu perkara dapat dikatakan mukjizat, apabila memenuhi empat unsur berikut:

Pertama, di luar kebiasaan manusia. Mukjizat merupakan media utama bagi seorang nabi untuk membuktikan kepada kaumnya, bahwa dia benar utusan allah swt. Oleh karena itu, mukjizat harus sesuatu yang tidak biasa. Jika mukjizat adalah perkara yang biasa maka hal ini tidak akan menarik perhatian kaumnya untuk mengimaninya.

Kedua, diberikan allah swt kepada nabi atau rasul. Mukjizat harus berada di tangan seorang rasul. Jika terdapat perkara luar biasa, tetapi bukan berada di tangan seorang rasul maka perkara itu tidak dapat dianggap sebagai mukjizat. Ketiga, adanya tantangan. Suatu mukjizat harusdisertai tantangan kepada manusia untuk menandinginya. Dalam bahasa arab, tantangan ini dikenal dengan nama tahaddi, yang berarti suatu pekerjaan yang sengaja dilakukan untuk menantang orang lain melakukan hal serupa dengan tujuan menunjukkan kehebatannya.

Keempat, tidak dapat ditandingi siapapun. Syarat keempat ini berkaitan erat dengan syarat ketiga yang disebutkan sebelumnya. Sebagian melihatnya kontradikftif karena memuat dua halyang seakan bertentangan, yaitu menantang dan tidak dapat ditandingi. Akan tetapi apabila dicermati justru ini nilai kemukjizatan suatu perkara. Ia harus menantang manusia dan manusia tidak dapat menandinginya. Apabila manusia dapat menandinginya maka perkara itu tidak dapat disebut mukjizat.

Dapat dipahami bahwa kemu’jizatan merupakan sesuatu yang tidak mungkin ditandingi oleh manusia, baik secara pribadi maupun kolektif. Dia merupakan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan, artinya tidak terikat oleh hubungan sebab akibat yang dikenal oleh manusia. La merupakan pemberian allah swt kepada nabi-nya sebagai bukti kebenaran risalah yang dibawanya.


Tujuan dan Fungsi Mukjizat

Pengertian Mukjizat : Tujuan, Fungsi dan Macam-Macam Mukjizat!

Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Keluarbiasaan yang terlihat atau terjadi melalui mereka diibaratkan sebagai ucapan tuhan. Apa yang dinyatakan sang nabi adalah benar. Dia adalah utusanku dan buktinya adalah aku melakukan mukjizat itu.

Mukjizat, walaupun dari segi bahasa berarti melemahkan atau membuktikan ketidakmampuan yang di tantang, namun secara istilah ia dimaksudkan untuk menegaskan kebenaran ajaran seorang yang mengaku sebagai nabi. Oleh sebab itu mukjizat ditampilkan oleh allah melalui hamba pilihannya untuk membuktikan kebenaran dan ajaran ilahi yang dibawa oleh masing nabi. Jika demikian hal nya maka ini paling tidak mengandung dua konsekuensi.

Bagi yang sudah percaya kepada nabi, maka tidak lagi membutuhkan mukjizat. Ia tidak lagi ditantang untuk melakukan hal yang sama. Mukjizat yang dilihat atau dialaminya hanya berfungsi memperkuat keimanan, serta menambah keyakinannya akan kekuasaan allah swt.

Kedua, para nabi sejak adam as hingga isa  as di utus untuk suatu kurun waktu tertentu  serta masyarakat tertentu. Tantangan yang mereka kemukakan sebagai mukjizat pastinya tidak dapat dilakukan oleh umatnya. Namun apakah ini berarti peristiwa luar biasa yang terjadi melalui mereka itu tidak dapat dilakukan oleh selain umat mereka  pada generasi sesudah generasi mereka ?

Jika tujuan mukjizat  hanya untuk meyakinkan umat setiap nabi, maka boleh jadi umat yang lain dapat melakukannya. Kemungkinan ini lebih terbuka bagi mereka yang berpendapat bahwa mukjizat pada hakikatnya berada dalam jangkauan hukum-hukum allah yang berada di alam. Namun ketika hal itu terjadi, hukum-hukum tersebut belum lagi di ketahui oleh masyarakat nabi yang bersangkutan.

Sumber daya manusia sungguh besar dan tidak dapat dibayangkan kapasitasnya. Potensi kalbu yang merupakan salah satu sumber daya manusia dapat menghasilkan hal-hal luar biasa yang tidak boleh tidak diakui oleh yang tidak mengenalnya. Hal ini sama dengan penolakan generasi dahulu tentang banyaknya kenyataan masa kini yang lahir dari pengembangan daya pikir. Bukanlah suatu hal yang mustahil jika kesucian jiwa para nabi dapat menghasilkan -melalui bantuan allah swt- peristiwa luar biasa dipandang dari ukuran hukum-hukum alam yang di ketahui umum?

Pada hakikatnya mukjizat mempunyai hukum tersendiri dan yang dapat dilakukan oleh siapapun selama terpenuhi syaratnya. Boleh jadi dalam konteks ini, yang menyebabkan terjadinya mukjizat adalah kesucian jiwa tersebut. Karena itu, mukjizat tidak dapat lahir kecuali di tangan para nabi.


Macam-Macam Mukjizat

  • Mukjizat hissi, ialah yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dan dirasa oleh lidah. Tegasnya, mukjizat hissi dapat dicapai dan dirasakan oleh panca indera. Mukjizat ini sengaja ditunjukan atau diperlihatkan kepada manusia biasa, yakni mereka yang tidak bisa menggunakan kecerdasan fikirannya, yang tidak cakap pandangan hatinya dan yang rendah budi dan perasaannya.
  • Mukjizat maknawi, ialah mukjizat yang tidak mungkin bisa dicapai dengan kekuatan panca indera, akan tetapi harus dicapai dengan kekuatan kecerdasan pikiran. Karena itu mukjizat maknawi ini tidak mungkin diketahui kecuali oleh orang yang berpikir sehat, bermata hati, berbudi luhur dan yang suka menggunakan kecerdasan fikirannya dengan jernih serta jujur.

Kemukjizatan Al-Qur`An

  1. Al-qur`an sebagai mukjizat

Telah kita sebutkan di atas bahwa mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang diberikan oleh allah kepada seorang nabi, sebagai bukti kebenaran risalah yang dibawa. Selain itu, kita sebutkan juga bahwa mukjizat memiliki syarat-syarat tertentu. Jika kita melihat definisi dan syarat tersebut, kemudian kita bandingkan kepada al-quran, maka kita akan mendapatkan bahwa al-quran adalah mukjizat. Tidak ada ulma yang menyelisihi akan kemukjizatan al-quran. Mereka juga sepakat bahwa al-quran merupakan mukjizat terbesar yang diberikan kepada nabi muhammad oleh allah. Bahkan bisa dianggap sebagai mukjizat teragung di antara mukjizat-mukjizat lain yang pernah diberikan oleh allah kepada para nabi-nabi-nya.

Kemujizatan al-quran salah satunya dibuktikan dengan tidak adanya manusia maupun jin yang mampu membuat semisalnya. Padahal sudah berulang kali al-quran telah melemparkan tantangan kepada manusia agar membuat semisalnya, walaupun sekedar satu ayat. Selain itu al-quran sebagai mukjizat maknawi yang menjadikannya tidak terhalang ruang dan waktu. Ketika mukjizat hissi hanya berlaku bagi orang yang melihat, mendengar, dan mengalami kejadian ketika mukjizat itu turun, al-quran berlaku untuk siapa saja di mana saja, meskipun hidup ribuan tahun setelah ia diturunkan.


  1. Aspek kemukjizatan al-quran

Walaupun telah disepakati sebagai mukjizat terbesar, akan tetapi para ulama berbeda pandangan dalam menentukan letak nilai kemukjizatan al-qur’an. Unsur apa yang menjadikan al-quran sebagai mukjizat masih menjadi perbincangan hingga saat ini dan belum juga terselesaikan. Menurut aisyah abdurrahman (lebih dikenal sebagai bintu syati), seorang cendekiawan mesir yang mendalami kajian kemukjizatan al-qur’an, setiap ulama yang membahas tentang kemukjizatan al-qur’an selalu merasa pendapatnya sebagai pendapat akhir yang paling sahih. Akan tetapi, seiring bejalannya waktu akan terbukti bahwa ulama tersebut masih meninggalkan celah kosong yang mendorong ulama setelahnya untuk mengisi kekosongan tersebut. Fenomena ini terus berlangsung hingga dia sendiri menuliskan pandangannya tentang kemukjizatan al-qur’an dalam buku berjudul al i’jaz al bayani li al-qur’an.

Dengan demikian beliau berpendapat bahwa problematika kemukjizatan al-qur’an akan selalu terbuka, sehingga tidak dibenarkan seseorang pun menganggap pendapatnya sebagai pendapat akhir. Kemudian menutup pintu pembahasan masalah tersebut. Perbedaan sudut pandang dan problematika kemukjizatan yang tidak berujung adalah salah satu bentuk kemukjizatan al-qur’an itu sendiri.

Akan tetapi semua ulama sepakat bahwa unsur kemukjizatan paling dominan dari al-qur’an terdapat pada aspek kebahasaan atau sastra. Pendapat ini dilandasi sebuah fakta bahwa al-qur’an diturunkan kepada sebuah kaum yang gemar dan piawai dalam membuat syair serta merangkai karangan sastra.

Dalam bukunya, muhammad abdullah diraz adalah seorang cendekiawan lulusan al-azhar yang mendalami kajian sastra arab. Menyebutkan tiga dimensi utama kemukjizatan al-qur’an, yaitu kemukjizatan dari sisi sastra, kandungan ilmiah yang dimuat dan pengaruh yang ditimbulkan terhadap perjalanan sejarah.

  • Kemukjizatan sastrawi

Terkait mengenai kemukjizatan al-qur’an dari dimensi sastrawi, muhammad abdullah diraz melihat dua hal penting yang menjadikan al-qur’an sebagai perkara mengagumkan.

Pertama, berdasarkan bagian luar lafal al-qur’an (al-qasyarah al-sathiyyah). Yaitu keindahan suara karena keteraturan antara harakat, sukun, mad dan dengungnya saat dibaca serta juga keserasian susunan kata. Karena kesempurnaan pengaturan antara lafatl per-lafal hingga membentuk suatu kalimat sempurna.

Keistiewaan al-qur’an dalam hal ini dapat dengan mudah ditemukan ketika mendengar lantunan ayat al-qur’an dari para qâri (pembaca al-qur’an). Walaupun tidak mengetahui maknanya, tetapi dari keteraturan nada, keserasian, dan keindahan bacaan al-qur’an mampu membawa yang mendengarkannya berpikir bahwa al-qur’an sangat luar biasa.

Kedua, berdasarkan bagian dalam atau cakupan makna yang terkandung (lubb al-bayân al-qur’ânî). Dari sisi ini, abdullah diraz menemukan empat faktor yang membuat al-qur’an sangat istimewa, yaitu lafalnya sederhana, tetapi mampu mengungkap makna yang diinginkan secara sempurna (al-qasdu fi al-lafzi wa a- wafâ bi haqqi al-ma’na); isi kandungan al-qur’an mampu dipahami kalangan awam serta golongan spesialis sekaligus (khitâb al-âmmah wa khitâb al-khâssah); metode penuturan al-qur’an mampu memuaskan pikiran dan memberi kenikmatan terhadap jiwa (iqnâ’ al-‘aql wa imthâ’ al-‘âthifah); makna yang disampaikan al-qur’an sangat jelas meskipun diungkapkan hanya secara umum (al-bayân wa al-ijmâl).

Intinya, bagi abdullah diraz, nilai utama kemukjizatan sastra al-qur’an (dilihat dari kandungannya) adalah karena al-qur’an mampu mengumpulkan dua hal yang bagi manusia terlihat sangat bertentangan. Al-qur’an dapat dipahami oleh orang awam dan ilmuwan sekaligus sesuai dengan kapasitas keilmuan mereka. Padahal dalam karangan manusia biasa, suatu karya jika mudah dipahami seorang spesialis, dia akan terasa sulit dipahami (bahkan tidak dapat dipahami) kalangan awam.

Begitu juga al-qur’an mampu memuaskan akal dan memberi kenikmatan kalbu, ketika menjelaskan suatu makna, baik dengan cara keseluruhan maupun terperinci. Pada karangan manusia biasa, tidak pernah bisa memuaskan akal dan hati sekaligus karena keduanya berbeda. Akal berhubungan dengan sesuatu yang logis, sementara hati berhubungan dengan sesuatu yang menakjubkan. Suatu karangan yang memuaskan akal tidak dapat memberikan kenikmatan kalbu, begitu juga sebaliknya. Sementara, al-qur’an mampu menggabungkan dua hal yang terlihat sangat kontradiktif dalam satu sentuhan.

Dalam banyak ayatnya, al-qur’an mengajak manusia untuk berpikir tentang kebesaran allah swt melalui ayat kauniyah-nya (fenomena alam) dengan uraian yang sangat indah dan penuh nilai sastra. Al-qur’an dapat memuaskan akal karena mengajak berpikir rasional, juga memberikan kenikmatan kalbu karena mengungkapkannya dalam bahasa sastra yang indah.

  • Kemukjizatan ilmiah

Aspek kemukjizatan dari pokok al-qur’an adalah isyarat ilmiah. Aspek kemukjizatan ini sering disebut sebagai kemukjizatan saintifik. Konsep dari kemukjizatan ini adalah salah satu konsep kemukjizatan yang baru diungkap.

Kemukjizatan saintifik adalah bahwa al-qur’an telah memuat isyarat kebenaran ilmiah yang belum diketahui masyarakat ketika turunnya al-qur’an. Konsep kemukjizatan saintifik yang banyak diusung oleh para ilmuwan eksakta ini mencoba membawa al-qur’an ke dalam ranah eksakta, melalui penafsiran ayat kauniyah tentang peristiwa alam dan kebenaran ilmiah yang baru diungkap para penemu ilmiah. Contoh dari aspek kemukjizatan ini dapatdiketahui melalui qs. An-nuur [24]: 45.ƒ

Artinya: Dan allah sudah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan diatas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendakinya, sesungguhnya ia maha kuasa atas segala sesuatu.

Pandangan al-qur’an yang mengatakan bahwa semua makluk tercipta dari air, ternyata sama dengan fakta ilmiah yang menyatakan bahwa lebih dari tujuh puluh lima persen unsur tubuh suatu makhluk hidup terdiri atas air.

  • Kemukjizatan tentang kabar gaib

Selain kedua aspek tersebut, adanya hal gaib yang terkandung dalam al-qur’an dianggap sebagai bagian dari aspek penting kemukjizatan al-qur’an. Definisi kata “gaib” dalam konteks ini mengandung arti sebagai suatu perkara yang tidak diketahui umat manusia, baik tidak diketahui karena jaraknya seperti galaksi dan benda langit, dzatnya seperti jin dan malaikat, atau karena waktunya. Yang tidak diketahui karena waktunya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu peristiwa yang terjadi di masa lampau, masa kini, atau masa yang akan datang.

Salah satu contoh peristiwa yang masuk dalam kategori masa lampau adalah semua peristiwa yang terjadi sebelum nabi muhammad saw diutus. Kategori yang pertama ini juga dikenal dengan nama i’jaz tarikhiy. Peristiwa yang dimaksud adalah kisah para nabi terdahulu dengan umatnya, yaitu kisah ashab al-kahfi (tujuh pemuda beriman yang sembunyi disebuah gua untuk berlindung dari kejaran penguasa zalim saat itu), kisah perjumpaan nabi musa as dengan khidir as, dan lain sebagainya.

Adapun mengenai hal gaib yang terjadi di masa saat ini (pada masa rasulullah saw) adalah segala peristiwa yang terjadi di masa kenabian rasulullah saw, tetapi secara logis tidak mungkin diketahui nabi muhammad saw. Misalnya adalah tentang perilaku kaum yahudi, kaum munafikin, dan para musuh islam lainnya pada waktu itu. Al-qur’an menyebutkan keburukan dan siasat untuk menghancurkan islam yang mereka sembunyikan.

Namun, peristiwa gaib yang termasuk dalam kategori terakhir adalah segala peristiwa yang baru terjadi beberapa waktu setelah turunnya ayat yang membahas kejadian tersebut. Contoh kemukjizatan dalam hal ini dapat ditemukan pada keterangan al-qur’an tentang kemenangan bangsa romawi atas bangsa persia setelah kekalahan mereka beberapa tahun sebelumnya yang direkam dalam qs.ar ruum : 1-4.

Artinya: 1. Alif laam miim. 2. Telah dikalahkan bangsa rumawi. 3. Dinegeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. 4. Dalam beberapa tahun lagi. Bagi allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan dihari (kemenangan bangsa rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman.

Selain tiga kemukjizatan diatas, satu aspek lain yang saat ini sering disebut para muslim kontemporer, yaitu kemukjizatan dari sisi pokok peribadatan umat islam yang dijelaskan al-qur’an atau dalam istilah bahasa arab disebut i’jaz tasyri’iy. Kemukjizatan syariat adalah sebuah pemahaman bahwa ajaran yang diturunkan allah swt dalam al-qur’an sangat tepat bagi manusia. Ajaran yang dibawa al-qur’an sangat mempertimbangkan aspek dan kondisi manusia sebagai makhluk istimewa. Syariat tersebut tidak mungkin keluar dari manusia karena manusia pun tidak mengetahui tentang dirinya sendiri. Para ulama menyimpulkan bahwa al-qur’an pasti lahir dari dzat yang mengetahui dengan sangat detil dan jelas semua aspek dan kondisi manusia, baik lahir maupun batin. Maka yang mengetahui hal itu tidak lain adalah allah swt sang pencipta semesta alam beserta isinya.

Para ulama membagi pokok syariat islammenjadi tiga, yaitu akidah, syariah,dan akhlak. Akidah yang dijelaskan al-qur’an adalah konsep ketauhidan yang menegaskan bahwa tidak ada yang wajib disembah, kecuali allah swt. Konsep ini merupakan misi utama diutusnya paranabi, dari nabi adam as hingga nabi muhammad saw. Setelah ketauhidan, fase akidah selanjutnya adalah keimanan kepada rasul allah swt beserta risalah yang disampaikannya, serta hari akhir. Ketiga hal ini yang menjadi fondasi utama akidah islam.

Setelah akidah, al-qur’an menjelaskan pokok syariat kedua, yaitu hukum allah swt yang mengatur hubungan antara seorang hamba dengan tuhan dan sesamanya. Bagian ini terdiri dari dua hal, yaitu ibadah dan muamalah. Dalam bagian ibadah, al-qur’an menjelaskan bentuk peribadatan yang harus dilakukan manusia untuk mendekatkan diri kepada allah swt. Sementara, bagian muamalah berbicara tentang kegiatan sosial yang lebih tertuju kepada interaksi manusia dengan sesamanya. Dalam kajian para ulama kontemporer, pengharaman terhadap hal tertentu membawa mudarat dalam tatanan sosial masyarakat. Nilai kemukjizatan tersebut karena untuk mengetahui bahaya dari pengharaman sesuatu tidak mungkin dapat diketahui masyarakat arab yang sangat terbelakang dalam dunia keilmuan. Karena itu, al-qur’an tidak mungkin diciptakan masyarakat arab, termasuk nabi muhammad saw, tetapi allah swt yang maha mengetahui apapun yang telah lalu maupun yang akan datang.

Kembali kepada peran al-qur’an sebagai mukjizat primer rasulullah saw sekaligus mukjizat terbesar sepanjang zaman, karakteristik utama serta aspek kemukjizatan yang telah disebutkan adalah bentuk penegasan keistimewaan al-qur’an dibandingkanmukjizat lain. Kedua sisi penilaian ini cukup menjadi jawaban atas pertanyaan mengapa al-qur’an menjadi mukjizat primer sekaligus terbesar yang diberikan allah swt.


  1. Kemukjizatan al-qur’an dalam era globalisasi

Perkembangan ilmu pengetahuan pada era globalisasi saat ini telah terjadi di segala lini kehidupan dan menuntut siapapun untuk menjawab dan mengikutinya, tidak terkecuali umat islam. Hal ini pun berpengaruh terhadap al-qur’an yang menjadi pedoman dan panduan kaum muslimin sepanjang zaman. Mereka yang mengingkari islam dan al-qur’an seakan-akan menuntut al-qur’an untuk menunjukkan eksistensinya menghadapi gempuran perkembangan ilmu pengetahuan.

Para ulama pun terdorong merespon fenomena ini. Kajian al-qur’an akhirnya semakin meruncing pada misi untuk menemukan nilai kemukjizatan yang diyakini berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan perkembangan zaman yang semakin pesat.

Demikian sedikit pembahasan mengenai Pengertian Mukjizat: Tujuan, Fungsi dan Macam! semoga dengan adanya pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk kita semua, dan kami ucapkan Terima Kasih telah menyimak ulasan kami. Jika kalian merasa ulasan kami bermanfaat mohon untuk dishare :).

Baca juga artikel lainnya tentang: